Kamis, 07 November 2013

MAYAT

Harusnya kutanam batu lempeng ini di tepi kali agar semuannya selesai. Jika tidak lelumut yang datang dari tali air, tentu arus tinggi yang menghajarnya. Sebelum hari itu tiba, tentu kuterima juga ia yang menuntun para petualang untuk mengalungkan tali sampannya di situ. Ketahuilah! Aku takkan memilih bakal calon. Sebab mereka dan, juga kau, hanyalah orang pelarian yang bakal hilang di padang dan bakal hanyut ke hilir. Dan aku takkan membunga ingatan dari setiap kunjungan. Jangan namai aku keterasingan, sebab mulutku tak kelu menjawab sekedar sapa, atau, sekedar menemani leha mereka sambil memancing, aku masih bersedia.

Ah, tidak. Aku tetap menamaimu sesuai pemberian ayah-ibumu. Dan aku kemari hanya mengajak. Aku tak datang bersama ia yang mungkin rumit untuk kau cerna. Atau lalu-lalang petualang yang, ah, biarkan saja mereka dan kau boleh menyebutku mereka, ya, mereka. Ketahuilah! Setelah kematianku, kehidupan tak turut surut. Ia semakin hidup di tangan-tangan yang mamayatkan kekalahan. Dan betapa kehidupan lengah dari yang memuda-muda ratap. Dan kini lihatlah di atas pandamku! Buah peluh tumbuh. Tumbuh beranak dari derap laku yang dipanggang surya berkali-kali setelah pengap dan cemburu membosani lahatku.

Ha, begitulah kehidupan. Jika bukan doa yang renta, tentu nasehat yang kanak yang digiringnya mengunjungi kematian. Bagaimana aku membongkar nisanku agar pintu kubur mengembang menyambutmu, jika ia tak peduli pada lebaran dari doa dan laku nasehat yang kaugiring itu. Jadi biarkan saja aku tertanan di pinggir kali.

Sebutkan padaku: bagaimana cara membangunkan mayat. Dengarkan: aku mencintai mayat-mayat. Dan ketahuilah: aku pernah memayat dari kehidupan, sebab tak sepaham dengan ia yang tak kunjung mengharirayakan lakuku. Akhirnya, memilih tengkar dengan ia dan kehidupan dengan cara yang kuanggap paling menyakiti.

Diamlah! Kata-katamu terlalu hafal bagiku.
Pasti! Karena kujemput dari telinga kanak-kanakmu.
Diamlah! Biarkan aku tertanam di pinggir kali.
Karena aku mencintai mayat, maka berlakulah selayak kata-kata hari ini.

Selamat tinggal.


Padang, 250313

Tidak ada komentar :

Posting Komentar